Ketika Rocker Melongok Ke Timur
Entah kapan tepatnya para remaja atau musikus rock Barat mulai melawat ke Timur guna mempelajari agama, budaya, musik, dan tentunya juga filsafatnya.
Namun yang jelas, paroh kedua tahun 60-an, budaya Timur mulai digandrungi remaja Barat yang ujung-ujungnya berimbas pada para musisi rocknya ketika menulis lirik mereka.
Suatu ketika dua pentolan The Beatles, John Lennon dan George Harrison, diundang menjadi nara sumber suatu acara populer berjudul The Frost Report (digawangi presenter kenamaan David Frost), yang membahas tentang Trancendental Meditation. Di antara yang diundang itu, adalah Juan Mascaro, seorang sarjana Sansekerta, profesor di Cambridge. Orang ini memberikan George sebuah buku rangkuman yang ditulisnya, berjudul The Lamps of Fire (1958), yang berisi kata-kata bijak ajaran Tao (dengan nabinya Lao Tse), Tao Te Ching; dan berharap agar George mau menulisnya dalam bentuk lagu. Maka muncullah lagu Beatles berjudul: The Inner Light (1967) yang dijadikan muka B dari single hit The Beatles, "Lady Madonna". Tidak tanggung-tanggung, bahkan bentuk musiknya pun kecuali liriknya yang Inggris, semuanya bernuansa India.
Sebelumnya, John, anggota Beatles yang dikenal bengal, mempelajari karya Timur tadi lewat jalan yang lain. Adalah "nabi" yang mempopulerkan LSD di Amerika, Timothy Leary, yang menulis The Psychedelic Experience (1964) sebuah karya puitik yang isinya mengambil dari buku Budhisme Tibet kuno, "Book of the Death", mengungkap tentang kematian ego, bukan raga. Baris-baris ajaran Tibet itulah yang kemudian dicuplik oleh John dalam lagunya yang sangat revolusioner, bahkan juga judulnya (oleh Ringo, anggota Beatles yang lain), "Tomorrow Never Knows" (album "Revolver", 1966)
Agaknya motivasi George untuk menulis lirik Timur di atas terinspirasi oleh Syd Barret, si penulis lirik Pink Floyd, juga band Inggris, yang mencuplik Bab Duapuluh Tujuh (Fu, perubahan/sukses) dari kitab I Ching (Book of Change, yang telah berusia 5000 tahun, terjemahan Richard Wilhelm, 1924) dan dimasukkan di album perdana mereka "The Piper At The Gates of Dawn" (1966), dengan judul "Chapter 27". Ketika kemudian peran Syd Barret digantikan oleh Roger Waters, Roger mencomot baris-baris puisi kitab kuno Cina periode zaman Tang, terjemahan Arthur Whaley, dalam lagunya, "Set The Controls For The Heart of The Sun" (album "A Saucerful of Secrets", 1968).
Contoh lain tentang kegandrungan seniman rock atas dunia Timur (baik karena pengaruh LSD atau bukan), bahwa ketika dedengkot dan vokalis band Yes, Jon Anderson, sedang main di Jepang, dia sempat membaca "Autobiography of Yogi" karangan Parahamsa Yogananda yang penuh dengan ajaran-ajaran Timur. Terinspirasi oleh isi buku itu, 8 bulan kemudian album "Tales From Topographic Oceans" (1973), sebuah double album sepanjang 80 menit yang hanya berisi 4 lagu saja, muncullah. (gono)
Dikutip dari Koran Tempo 30 Juli 2006
Namun yang jelas, paroh kedua tahun 60-an, budaya Timur mulai digandrungi remaja Barat yang ujung-ujungnya berimbas pada para musisi rocknya ketika menulis lirik mereka.
Suatu ketika dua pentolan The Beatles, John Lennon dan George Harrison, diundang menjadi nara sumber suatu acara populer berjudul The Frost Report (digawangi presenter kenamaan David Frost), yang membahas tentang Trancendental Meditation. Di antara yang diundang itu, adalah Juan Mascaro, seorang sarjana Sansekerta, profesor di Cambridge. Orang ini memberikan George sebuah buku rangkuman yang ditulisnya, berjudul The Lamps of Fire (1958), yang berisi kata-kata bijak ajaran Tao (dengan nabinya Lao Tse), Tao Te Ching; dan berharap agar George mau menulisnya dalam bentuk lagu. Maka muncullah lagu Beatles berjudul: The Inner Light (1967) yang dijadikan muka B dari single hit The Beatles, "Lady Madonna". Tidak tanggung-tanggung, bahkan bentuk musiknya pun kecuali liriknya yang Inggris, semuanya bernuansa India.
Sebelumnya, John, anggota Beatles yang dikenal bengal, mempelajari karya Timur tadi lewat jalan yang lain. Adalah "nabi" yang mempopulerkan LSD di Amerika, Timothy Leary, yang menulis The Psychedelic Experience (1964) sebuah karya puitik yang isinya mengambil dari buku Budhisme Tibet kuno, "Book of the Death", mengungkap tentang kematian ego, bukan raga. Baris-baris ajaran Tibet itulah yang kemudian dicuplik oleh John dalam lagunya yang sangat revolusioner, bahkan juga judulnya (oleh Ringo, anggota Beatles yang lain), "Tomorrow Never Knows" (album "Revolver", 1966)
Agaknya motivasi George untuk menulis lirik Timur di atas terinspirasi oleh Syd Barret, si penulis lirik Pink Floyd, juga band Inggris, yang mencuplik Bab Duapuluh Tujuh (Fu, perubahan/sukses) dari kitab I Ching (Book of Change, yang telah berusia 5000 tahun, terjemahan Richard Wilhelm, 1924) dan dimasukkan di album perdana mereka "The Piper At The Gates of Dawn" (1966), dengan judul "Chapter 27". Ketika kemudian peran Syd Barret digantikan oleh Roger Waters, Roger mencomot baris-baris puisi kitab kuno Cina periode zaman Tang, terjemahan Arthur Whaley, dalam lagunya, "Set The Controls For The Heart of The Sun" (album "A Saucerful of Secrets", 1968).
Contoh lain tentang kegandrungan seniman rock atas dunia Timur (baik karena pengaruh LSD atau bukan), bahwa ketika dedengkot dan vokalis band Yes, Jon Anderson, sedang main di Jepang, dia sempat membaca "Autobiography of Yogi" karangan Parahamsa Yogananda yang penuh dengan ajaran-ajaran Timur. Terinspirasi oleh isi buku itu, 8 bulan kemudian album "Tales From Topographic Oceans" (1973), sebuah double album sepanjang 80 menit yang hanya berisi 4 lagu saja, muncullah. (gono)
Dikutip dari Koran Tempo 30 Juli 2006